oleh spl
Koran Kompas tanggal 12 Desember 2011 memberitakan robohnya jembatan Marunda dijalan Arteri Marunda, Cincing Jakarta Utara. Sebenarnya mungkin belum dapat disebut jembatan, karena memang baru pada taraf pelaksanaan pemasangan gelegar jembatanya. Jembatan ini direncanakan sebagai jembatan gelegar beton dengan bentang sekitar 31 meter diatas dua tumpuan dan lebar 9 meter. Ada 6 buah gelegar terbuat dari beton pra-tekan yang akan dipasang, berbentuk profil I dengan tinggi 160 cm dan lebar flens 70 cm. Profil semacam ini memang kuat dalam arah sumbu vertikal, tetapi lemah dalam arah sumbu horizontal. Urutan pemasanganya, mula-mula
gelegar didudukan pada dua tumpuan dalam posisi profil I tegak. Mungkin ketika memasang gelegar terakhir, tidak sengaja salah satu gelegarnya tersenggol sehingga rebah pada tumpuan. Oleh karena memang lemah pada arah pendek, maka gelegar yang rebah tersebut menjadi putus dan jatuhlah kebawah setinggi kira-kira 10 meter. Untungnya (orang Indonesia jelas2 musibah juga ada untungnya) hal tersebut terjadi pada jam 2.00 menjelang pagi; jadi tidak ada korban.
Dimulai dengan runtuhnya jembatan KUKAR di Kalimantan pada tanggal 26 Nopember 2011, dalam dua minggu ini di Indonesia terjadi 3 keruntuhan jembatan yang agak besar. Jembatan kedua yang runtuh adalah jembatan Batulappa Pinrang di Sulawesi. Kita doakan saja agar ini bukan musim jembatan runtuh di Indonesia tetapi “musim orang menikah” — katanya.
semennya di catut kali ya