oleh spl
Pada peraturan gempa yang menganut dasar “ force –based design “ termasuk SNI 03-1726-2002; besarnya gaya gempa dasar yang dihitung dengan cara statik ekivalen masih digunakan sebagai pembatas besar minimum gaya gempa rencana yang harus dipakai untuk merencanakan bangunan tahan gempa. Rumus gaya gempa dasar tersebut adalah :
Vi = (C_1.I)/R x Wt ……………….. dimana :
Wt = berat struktur yang dianggap ikut bergetar akibat gempa, yaitu berat mati struktur ditambah sebagian beban hidup struktur. I adalah faktor keutamaan. Ci adalah koefisien gempa yang tergantung dari letak zona gempa dan kategori tanahnya dan yang terakhir R adalah faktor modifikasi atau faktor reduksi.
Cara menjelaskan faktor R dalam SNI ( ps 4.3.3) memberi kesan se-olah olah R dapat ditentukan dengan rumus R = u.fi = 1,6 u dengan sesukanya memilih u ( ps 4.3.4); padahal dalam praktek , besarnya u tergantung dari bagaimana detail tulangan pada elemen struktur beton dan sambungan-sambunganya. Peraturan SNI sesuai peraturan UBC hanya mengenal dua macam daktilitas, yaitu daktilitas penuh dan daktilitas parsial, yang kesemuanya ditentukan bagaimana syarat pendetailan elemen struktur dan penulanganya. Praktis semua literatur yang kami baca mengenai faktor R menjelaskan bahwa faktor R merupakan faktor yang bersifat empiris karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya. Baca ATC 19 dan ATC 451 dll; juga bandungkan dengan peraturan Canada.
Bagaiman rekan2 menaggapi hal ini ?? Hal lain yang masih mengganjal adalah penentuan koefisienn gempa C1 yang tergantung pada letak bangunan pada zona gempa berapa dan pada waktu getar alami T1. Nah penentuan waktu getar alami T1 ini harus memakai rumus empiris, besarnya waktu getar hasil komputer dengan asumsi kondisi “struktur utuh” atau boleh juga kondisi “struktur retak” ?? Mungki n ada rekan yang suka urun rembug tentang hal-hal ini.